Dalam kehidupan masyarakat dewasa ini menginginkan pendidikan untuk kaum remaja agar dilaksanakan seimbang antara pengetahuuan dan pembentukan kepribadian. Maka dari itu pendidikan dapat mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia terutama fkiran, perasaan dan tingkah lakunya.
Sebab hal tersebut juga mengindikasikan suatu keberhasilan program pendidikan dalam suatu bangsa didalam melaksanakan pembangunan di segala bidang akan tergantung pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Untuk mewujudkan hal tersebut pendidikan merupakan salah satu bidang yang cukup penting yang harus mampu menanggapi dan mengikuti perubahan yang terjadi dalam usaha pembangunan serta mampu menjawab tuntutan masyarakat. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang mutlak dalam kehidupan bangsa dan negara bahkan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dalam fungsinya untuk meningkatkan mutu kehidupan secara individual dan sebagai kelompok dalam kehidupan bermasyarakat. Melalui pendidikan, pribadi dan kemampuan seseorang akan berkembang, juga akan menghasilkan manusia yang beradab dan cerdas. Sekolah Dasar sebagai suatu lembaga pendidikan yang memiliki tanggung jawab yang besar untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan dasar. Dengan demikian, tercipta sumber daya manusia yang bermutu dalam hal pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang berorientasi pada peningkatan penguasaan iptek, kemampuan profesional, dan produktivitas kerja yang dituntut oleh kebutuhan pembangunan. Dengan karakteristik mutu sumber daya manusia demikian, maka bangsa Indonesia diharapkan mampu bersaing dalam era globalisasi.
Dalam memenuhi tuntutan mutu sumber daya manusia tersebut, maka yang di tempuh oleh pemerintah adalah meningkatkan mutu pendidikan di semua jenis dan jenjang pendidikan. Berbagai upaya telah dilakukan secara maksimal oleh pemerintah seperti pelaksanaan wajib belajar 9 (sembilan) tahun, penyempurnaan kurikulum, menyediakan sarana dan prasarana pendidikan secera lebih memadai, meningkatkan mutu guru dengan berbagai macam penataran dan program penyetaraan guru serta meningkatkan penyediaan dana operasional pendidikan, perwujudan di lapangan sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa.
Prestasi belajar merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor dalam belajar, baik faktor internal maupun eksternal. Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar itu dapat digolongkan menjadi empat, yaitu : (1) bahan atau hal yang harus dipelajari ; (2) faktor lingkungan ; (3) faktor-faktor instrumental ; (4) kondisi individu si pelajar (Depdikbud, 1994 : h.14). Semua faktor tersebut baik secara terpisah maupun bersama-sama memberikan kontribusi tertentu terhadap prestasi belajar yang dicapai.
Faktor internal yang datang dari dalam dari siswa adalah terutama kemampuan yang dimiliki, motivasi belajar, minat belajar, sifat dan kebiasaan belajar, ketekunan, kondisi sosial ekonomi siswa, faktor fisik dan psikis siswa. Faktor yang datang dari diri siswa antara lain adalah lingkungan belajar, mutu pengajaran di sekolah dalam pengertian sejauh mana proses belajar mengajar di sekolah itu dapat berlangsung secara efeklif.
Proses membangkitkan minat belajar siswa pada dasarnya adalah membentuk siswa agar dapat melihat bagaimana hubungan antara materi pelajaran yang diharapkan untuk dipelajari dengan dirinya sendiri sebagai individu, sehingga siswa dapat mengerti bagaimana pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dalam proses belajar akan mempengaruhi dirinya (Sugiharti, 1995 : h. 3).
Agar minat siswa dapat dibangkitkan, maka guru harus melakukan usaha-usaha dengan berbagai cara ataupun pendekatan untuk meningkatkan kesenangan atau minat siswa dalam belajar.
Slameto (1988 : h. 183) juga mengungkapkan bahwa:
“minat yang telah ada belum cukup untuk membangkitkan minat belajar siswa, tetapi guru harus membentuk rninat-minat baru pada siswa. Pembentukan minat baru dapat di capai dengan jalan memberikan informasi mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan yang lalu dan mcnguraikan kegunaannya bagi siswa di masa yang akan datang”.
Nana Sudjana (1988 : h. 14) menyebutkan pula bahwa :
“guru merupakan ujung tombak pendidikan, sebab guru secara langsung mempengaruhi, membina dan mengembangkan kemampuan minat siswa, guru dituntut untuk menguasai bahan yang diajarkan dan terampil dalam cara mengajarkannya. Guru dituntut untuk dapat menguasai materi dan terampil dalam cara menyajikan materi tersebut. Ada guru-guru tertentu dalam mengajar hanya berusaha melakukan transfer ilmu saja, tidak ada usaha untuk menarik minat siswa, atau dengan kata lain mengajar hanya semata-mata berorientasi pada hasil (by product), dan tidak berorientasi pada proses (by process) “.
Guru menempati fungsi sentral dan strategis dalam proses pembelajaran karena secara teknis dapat menterjemahkan proses perbaikan dalam sistem pendidikan di dalam satu aktivitas di kelasnya, sebagaimana disebabkan oleh Gaffar yang dikutip oleh Dedi Supriadi (1998 : h. 15) bahwa :
“peran guru sulit digantikan oleh yang lain. Dipandang dari dimensi pembelajaran, peran guru dalam masyarakat Indonesia tetap dominan sekalipun teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran berkembang sangat cepat. Hal ini disebabkan karena ada dimensi-dimensi proses pendidikan, atau lebih khusus proses pembelajaran, yang diperankan oleh guru tidak dapat digantikan oleh teknologi”.
0 Response to "PENGARUH MEDIA BUKU BACAAN DAN MOTIVASI TERHADAP PRESTASI SISWA KELAS VI PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SDN ....(PEND-12)"
Post a Comment