Nilai UN yang tidak dapat mencapai nilai minimal dan rata-rata minimal merupakan dampak dari penurunan motivasi dan minat belajar siswa. PERMENDIKNAS TENTANG UN SMP/MTS/SMPLB, SMA/MA/SMALB DAN SMK TAHUN PELAJARAN 2007/2008 DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) dan PROSEDUR OPERASI STANDAR (POS) UJIAN NASIONAL yang diterbitkan BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN 2007 menetapkan bahwa peserta UN 2008 dinyatakan lulus apabila memenuhi standar kelulusan UN sebagai berikut :
1. Memiliki nilai rata-rata minimal 5,25 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan, dengan tidak ada nilai di bawah 4,25 dan khusus SMK, nilai mata pelajaran kompetensi keahlian kejuruan minimal 7,00 dan digunakan untuk menghitung rata-rata UN.
2. Memiliki nilai minimal 4,00 paa salah satu mata pelajaran dan nilai mata pelajaran lainnya minimal 6,00 dan khusus SMK, nialai mata pelajaran kompetensi keahlian kejuruan minimum 7,00 dan digunakan untuk menghitung rata-rata UN.
Bahasa Inggris yang digunakan dalam pergaulan internasional justru kurang menarik minat kebanyakan siswa untuk mempelajarinya. Banyak siswa merasa terbebani untuk belajar bahasa Inggris. Mereka tidak dapat menunjukkan secara optimal peraihan kompetensi bahasa Inggris yakni listening, speaking, reading, writing setelah belajar kurang lebih tiga atau empat tahun di SMP dan di tambah tiga atau empat tahun lagi di SMA.
Strategi pembelajaran yang kurang mengakomodir secara maksimal Praktek Listening Skill, menyulitkan siswa dalam menghadapi ujian nasional, pada halnya listening merupakan kompetensi kebahasaan yang berkaitan sangat erat dengan speaking, reading dan writing.
Para siswa pada umumnya memiliki kompetensi reading yang belum memadai. Mereka tidak dilatih untuk menguasai teknik membaca cepat seperti membaca untuk menemukan informasi tertentu, informasi khusus, pikiran utama dan isi ringkas wacana serta membaca untuk comprehension.
Teks wacana yang ada hanya berupa text book, dan kurang kontekstual. Para siswa mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan reading UN pada tahun pelajaran yang silam, karena pada umumnya teks wacana UN diambil dari authentic reading material yang tidak terdapat dalam buku-buku pelajaran bahasa Inggris.
Minimnya perbendaharaan kosa kata bahasa Inggris (English Vocabularies) dan terbatasnya pengetahuan structure juga menjadi penyebab mengapa peserta UN bahasa Inggris SMA mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan wacana.
Masalah diatas menjadi topik sentral diskusi di sekolah-sekolah saat ini. Kendala-kendala ini menjadi tantangan yang belum teratasi. Terhadap masalah-masalah tersebut diatas, saya mencoba mencari penyebabnya yang antara lain karena pendekatan pembelajaran yang kurang sesuai, strategi pembelajaran yang kurang terarah, metode mengajar yang kurang mendukung strategi pembelajaran, media yang kurang tepat, materi pembelajaran yang kurang bervariasi dan penilaian yang kurang sesuai.
Faktor-faktor penyebab diatas, pada gilirannya menyebabkan rendahnya minat belajar siswa, tidak aktifnya para siswa dalam proses pembelajaran di kelas, berkurangnya inisiatif serta kreatifitas berpikir siswa untuk memecahkan masalah dalam rangka menemukan jawaban yang benar dan tepat.
Untuk mencari jalan keluar dari akar permasalahan ini, saya mencoba meneliti cara belajar siswa dan konsep mengajar yang sesuai dengan perkembangan teknologi pembelajaran dan sistem pendidikan dewasa ini. Hemat saya, metode yang paling tepat adalah Diskusi dan Pemberian Tugas yang bersumber pada pendekatan kontekstual dan motivasi belajar.
Metode diskusi dan pemberian tugas, hemat saya, dapat mempengaruhi tingkah laku siswa dalam belajar yakni siswa belajar bagaimana cara belajar (Bobbi De Porter & Mike Hernacki,1999). Berbekalkan cara belajar ini, daya serap siswa dalam arti pencapaian standar ketuntasan minimum yang ditetapkan sekolah dapat ditingkatkan dalam rangka pencapaian tujuan kurikulum dan diraihnya standar kelulusan UN.
Metode diskusi dan pemberian tugas membuat penekanan pada proses pembelajaran dimana siswa adalah subjek belajar, sedangkan guru berperan sebagai motivator, fasilitator dan supervisor dalam suatu kolaborasi pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan kurikulum. Hal ini sungguh berbeda dari paradigma lama dimana guru adalah subjek belajar sedangkan murid adalah objek yang duduk dan mendengarkan informasi tentang ilmu pengetahuan dari guru dengan setia.
salam kenal...............
ReplyDeletesip...............