A. LATAR BELAKANG MASALAH
Setiap tingkah laku individu merupakan manifestasi dari beberapa kebutuhan dan ditunjukkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan kata lain setiap tingkah laku individu itu selalu terarah pada satu objek atau suatu tujuan pemuasan kebutuhan yang memberikan arah pada gerak aktivitasnya.
Ketegangan-ketagangan dan konflik-konflik batin akan timbul pada seseorang apabila kebutuhan-kebutuhan hidup yang sifatnya vital terhalang atau dirinya mengalami frustrasi. Sebaliknya ketegangan atau stress akan lenyap, apabila semua kebutuhan tadi bisa terpuaskan atau terpenuhi, kebutuhan itu bisa bersifat fisis juga bisa bersifat psikis, dan sosial. Menurut Maslow dalam Hendrarno, dkk (2003:9) pada hirarki dorongan kebutuhan , disebutkan bahwa
‘tingkat-tingkat kebutuhan manusia yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan cinta dan kasih sayang, kebutuhan akan harga diri, dan kebutuhan untuk aktualisasi diri’
Maka demi kelancaran hidup individu, kebutuhan tersebut harus mendapatkan pemuasan atau harus dicukupi. Kebutuhan –kebutuhan tersebut tidak boleh senantiasa dihalangi sebab jika orang terus menerus mengalami frustrasi , individu akan selalu diliputi oleh stress, ketegangan, dan ketakutan, sampai mengalami mental ‘break down’ atau kepatahan mental.
Selamaindividu masih bisa menemukan jalan keluar yang wajar untuk memecahkan
kesulitan hidupnya serta pemenuhan kebutuhan, selama itu akan menjamin kesehatan jiwa dan keseimbangan mentalnya, sebab kepuasan jasmani dan kepuasan psikis dalam pemenuhan kebutuhan itu merupakan alas fundamental bagi kesehatan mentalnya, sehingga individu akan (1) dapat merasakan ketenangan dan ketentraman hidup, (2) mampu melihat dan menilai realita secara obyektif, (3) mampu untuk menerima dirinya sendidri, (4) mampu memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani, (5) mampu belajar dari pengalaman hidupnya, (6) mampu untuk mengembangkan kemampuan yang ada pada dirinya, (7) mampu menghadapi permasalahan yang muncul, serta (8) mampu untuk memahami dan menerima orang lain.
Keluarga merupakan tempat persemaian bagi perkembangan kepribadian manusia. Dalam keluarga anak mengenal lingkungan sosial yang akan membentuk mental dan kedewasaannya. Begitu pentingnya peranan keluarga dalam pembentukan mentalitas anak, sehingga dimungkinkan anak yang kurang mendapatkan perawatan dan kasih sayang dari keluarga, kurang terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan baik yang bersifat kejasmanian, sosial, maupun kejiwaannya. Secara ideal dalam perkembangan anak harus dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut, dan apabila terjadi gangguan dalam usaha pemenuhan kebutuhan itu maka penyesuaian dirinya menjadi kurang lancar yang akibatnya kesehatan mental dan kepribadiannya terganggu.
Anak yang tinggal di panti-panti rehabilitasi merupakan anak-anak yang berasal dari berbagai latar belakang, seperti juga anak-anak yang diasuh di Panti Pamardi Putra Mandiri Semarang, mereka merupakan Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang terdiri dari: anak nakal, anak korban narkoba, dan anak jalanan yang khususnya berasal dari keluarga yang kurang mampu, anak-anak tersebut kurang mendapat perawatan, kasih sayang atau perhatian dari keluarga. Di Panti Pamardi Putra Mandiri siswa diberikan suatu pelayanan social agar mereka mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat yang meliputi pembinaan fisik, mental, social, mengubah sikap dan tingkah laku, pelatihan ketrampilan, dan resosialisasi serta pembinaan lanjut. Di sana siswa-siswa mengikuti program-program ketrampilan yang sesuai dengan bakat dan minatnya yaitu Las, R2 (Roda 2), R4 (Roda 4). Selain itu siswa mengikuti kegiatan-kegaiatn kejasmanian, keagamaan, kesehatan, maupun bimbingan baik klasikal maupun di wisma.
Berdasarkan observasi dan wawancara dengan pembimbing panti selama peneliti PLBK (Praktik Lapangan Bimbingan dan Konseling) di Panti Pamardi Putra Mandiri Semarang kurang lebih selama 2 bulan, meskipun siswa diberikan berbagai pembinaan dan ketrampilan namun tetap masih banyak siswa yang merasa kurang nyaman berada di panti, mereka merasa kurang bisa beradaptasi baik dengan temannya maupun lingkungan barunya di mana biasanya mereka hidup bebas di jalan dan bebas melakukan apa saja yang mereka mau, tetapi sekarang mereka harus mematuhi peraturan di panti, sehingga terjadi konflik dalam diri mereka antara mematuhi peraturan atau kembali ke kehidupan semula akibatnya banyak diantara mereka yang melanggar peraturan misalnya membolos mengikuti kegiatan, di panti, sering ijin pulang, mereka kurang mempunyai kesadaran diri untuk mengembangkan kemampuannya, mereka merasa tidak berguna, mereka kurang bisa menerima kenyataan yang mereka hadapi, serta kurang bisa menghadapi permasalahan- permasalahan baik yang menyangkut masalah dengan temannya, lingkungannya maupun keluarganya dengan cara negatif yaitu mereka cenderung kembali pada kebiasaannya yaitu mabuk-mabukan atau melakukan tindakan agresif pada penyebab masalah tersebut, mereka sering bertengkar dengan temannya, merasa minder dan kurang percaya diri, mereka cenderung berpikir irasional dalam menghadapi suatu masalah.
Dari masalah-masalah tersebut perlu diupayakan suatu usaha untuk mengatasinya, karena apabila tidak segera diberikan penanganan akan menghambat perkembangan individu dalam mencapai perkembangan yang optimal.
Dalam usaha pengentasan masalah, dalam bimbingan dan konseling ada beberapa layanan meliputi layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, pembelajaran, bimbingan kelompok konseling kelempok, dan konseling individu. Ketujuh jenis layanan tersebut semuanya merupakan upaya untuk membantu individu dalam menghadapi dan melalui tahap perkembangannya, mengatasi hambatan yang timbul serta memperbaiki penyimpangan perkembangan agar perkembangan individu berlangsung secara wajar. Jadi secara prinsip dengan melalui layanan bimbingan dan konseling individu dapat dibantu dalam mencapai tugas-tugas perkembangan secara optimal.
Salah satu jenis layanan bimbingan dan konseling yang dipandang tepat dalam membantu siswa untuk meningkatkan kesehatan mental adalah melalui layanan konseling kelompok. Layanan konseling kelompok merupakan upaya bantuan untuk dapat memecahkan masalah dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Dalam layanan konseling kelompok menggunakan pendekatan interaksional, di mana dalam pendekatan tersebut menitik beratkan interaksi atau hubungan timbal balik antar anggota, anggota dengan leader (pemimpin kelompok) dan sebaliknya, yang akan nampak dalam dinamika kelompok. Interaksi itu selain berusaha bersama untuk dapat memecahkan masalah juga setiap anggota kelompok dapat belajar untuk mendengarkan secara aktif, melakukan konfrontasi dengan tepat, memperhatikan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap anggota lain.
Di dalam kelompok, anggota kelompok akan saling menolong, menerima, berempati dengan tulus. Keadaan ini membutuhkan suasana yang positif antara anggota, sehingga mereka akan merasa diterima, dimengerti, dan menambah rasa positif dalam diri mereka.
Konseling kelompok bersifat memberikan kemudahan dalam pertumbuhan dan perkembangan individu, dalam arti bahwa konseling kelompok memberikan dorongan dan motivasi kepada individu untuk membuat perubahan-perubahan atau bertindak dengan memanfaatkan potensi secara maksimal sehingga dapat mewujudkan diri.
Pendekatan rasional emotif merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam layanan konseling kelompok, di mana dalam pendekatan rasional emotif dalam layanan konseling kelompok mempunyai tujuan membantu individu anggota kelompok agar dapat mengurangi pandangan diri yang berpusat pada perusakan diri dan bersama-sama mencapai pandangan realistis dan berpandangan toleran satu sama lain, saling mengarahkan ke perasaan pantas, dan berlatih bersama guna perubahan perilaku sebagai perwujudan pemikiran rasional dan emosi pantas, serta menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri.
Dalam konseling kelompok rasional emotif terjadi pembinaan hubungan menyehatkan yang berisi upaya-upaya penciptaan suasana psikologis yang dapat mendukung kelancaran kelompok, para klien dibantu untuk mengenali dan menjelaskan masalah termasuk konsekuensi-konsekuensi berpandangan irrasional melalui pandangan edukatif serta menekankan upaya pengubahan dan modifikasi perilaku klien.
Jika dilihat dari tujuan layanan konseling kelompok dengan pendekatan rasional emotif tersebut sangatlah tepat bila dilaksanakan dalam usaha meningkatkan kesehatan mental pada anak di panti rehabilitasi karena dalam layanan konseling kelompok rasional emotif kebutuhan-kebutuhan memperoleh penghargaan, kebutuhan untuk diterima atau merasa bagian dalam kelompok, kebutuhan untuk merasa dibutuhkan orang lain, kebutuhan memperoleh prestasi dan posisi, kebutuhan hidup bersama, kebutuhan memperoleh kebebasan, kebutuhan memperoleh kasih sayang dan rasa aman, yang kesemuanya kebutuhan itu dapat terpenuhi, yang pada akhirnya individu belajar untuk berfikir secara rasional dan logis dalam sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan-pandangan anggota kelompok.
Telah banyak penelitan-penelitian yang sudah dilakukan berkaiatan dengan variabel di atas misalnya penelitian mengenai keefektifan layanan konseling kelompok dalam meningkatkan kepercayaan diri yang dilkaukan oleh Atik Siti, dengan diperoleh hasil bahwa layanan konseling kelompok efektif untuk meningkatkan kepercayaan diri. Selain itu ada juga penelitian mengenai keefektifan pendekatan rasional emotif dalam mengatasi siswa yang kurang percaya diri yang dilakukian oleh Slameto, dengan diperoleh hasil bahwa pendekatan rasional emotif efektif untuk meningkatkan percaya diri. Sedangkan penelitian tentang kesehatan mental juga pernah dilakukan oleh Siti Aeni yaitu mengenai kesehatan mental anak dari keluarga migrant dengan diperoleh hasil bahwa kesehatan mental anak dari keluarga migrant adalah baik.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk untuk melakukan penelitian eksperimen tentang “Keefektivan Layanan Konseling Kelompok dengan Pendekatan Rasional Emotif dalam Meningkatkan Kesehatan Mental Siswa Panti Pamardi Putra Mandiri Semarang Tahun 2005/ 2006”.
0 Response to "KEEFEKTIFAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN RASIONAL EMOTIF DALAM MENINGKATKAN KESEHATAN MENTAL SISWA PANTI PAMARDI PUTRA (PEND-59)"
Post a Comment