Perilaku Mahasiswa Dari Keluarga Miskin Di Kampus ( Studi Kasus Di Universitas Negeri Semarang ) (Pend-89)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mahasiswa adalah salah satu komponen bangsa Indonesia yang ikut bertanggung jawab terhadap masa depan bangsa. Oleh karena itu mahasiswa perlu mempersiapkan diri dengan belajar yang lebih giat lagi tekun. Dengan belajar yang giat di kampus ataupun di luar kampus akan meningkatkan ilmu pengetahuan yang ia peroleh. Masa depan bangsa Indonesia salah satunya terletak ditangan para generasi muda. Mahasiswa sebagai penerus para pendiri bangsa harus mempersiapkan diri dengan baik.


Memanfaatkan waktu yang ada dan menjadikan setiap kesempatan yang ada di kampus untuk menimba ilmu adalah sangat baik. Itu dapat di lakukan di kampus ketika terjadi proses perkuliahan, di luar kuliah bisa dengan mengikuti kegiatan organisasi kemahasiswaan, baik itu yang bersifat intra atau ekstra kampus dan pada saat interaksi bersama teman-teman. Kegiatan-kegiatan seperti meminjam buku perpustakaan, berorganisasi, belajar bersama atau kegiatan lain yang bermanfaat adalah sangat menguntungkan dimasa yang akan datang. Sebab investasi yang menguntungkan bagi seorang mahasiswa adalah dengan ilmu yang terus bertambah dan mengikuti perkembangan zaman.

Dalam diri seorang mahasiswa tersimpan kekuatan dan potensi yang besar. Kekuatan dan potensi bisa berupa kecerdasan, ketrampilan,
kematangan berpikir dan fisik jika dipupuk dengan terus-menerus maka akan sangat bermanfaat dikemudian hari. Belajar di kampus adalah salah satu tempat untuk memompa potensi tersebut. Dari segi pemerataan kesempatan pendidikan, di Indonesia yang mengenyam pendidikan tingkat tinggi masih terbatas, oleh karena itu seorang mahasiswa harus pandai-pandai memanfaatkan potensi yang dimiliki (kesempatan belajar di perguruan tinggi) dengan baik.
Mahasiswa adalah sebagian dari masyarakat yang mengenyam pendidikan sampai jenjang yang lebih tinggi. Sebab tidak seluruh lapisan masyarakat dapat mengenyam pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi Masyarakat yang secara ekonomi tergolong menengah ke bawah belum tentu bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Ketidakmampuan masyarakat melanjutkan putra dan putrinya kejenjang pendidikan yang lebih tinggi dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor yang menyebabkan mereka tidak mampu melanjutkan diantaranya adalah kemiskinan, keterbatan sarana yang ada, biaya pendidikan yang relatif tinggi bagi sebagian besar masyarakat, kebudayaan setempat dan kesempatan yang terbatas atau bisa juga karena faktor kecerdasan seseorang yang kurang.

Dalam masyarakat Indonesia, ketidakmampuan seseorang melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi lebih disebabkan oleh faktor ekonomi. Apalagi sejak krisis yang menimpa bangsa Indonesia tahun
1998 telah menyerat sebagian masyarakat ke lembah kemiskinan yang dalam. Kemiskinan inilah yang berpengaruh terhadap dunia pendidikan di tanah air, sebab kondisi yang demikian pendidikan cenderung diabaikan.

Kampus bagi mahasiswa adalah tempat yang tidak asing lagi, sebab sebagian besar aktifitas perkuliahan yang bertatapan dengan Bapak dan Ibu Dosen sering dilakukan di kampus. Dalam kampus ini terjadi proses pembelajaran dan proses interaksi dengan mahasiswa yang lainnya. Sebagaimana diketahui bersama bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup secara sendirian. Mahasiswa adalah makhluk sosial yang tidak dapat dipisahkan dari komunitas manusia lainnya.

Menurut Parsons sekolah adalah tempat sosialisasi yang utama. Seorang mahasiswa akan tumbuh dan berkembang melalui interaksi yang dilakukan dengan orang lain. Sekolah sebagai tempat perkembangan individu-individu dari berbagai komitmen dan kapasitas yang merupakan syarat-syarat esensial dari kegiatan mereka dikemudian hari. Untuk bisa bersosialisasi dalam masyarakat sekitarnya, mahasiswa dituntut untuk pandai- pandai berinteraksi dengan mahasiswa lain di kampus. Pola interaksi yang dilakukan manusia bisa melalui kontak sosial dan atau dengan komunikasi (Soejono Soekanto,1998:174 )
Dalam interaksi akan ditemui permasalahan yang sangat kompleks, baik itu masalah yang bersumber dari pribadi yang mempengaruhi interaksi ataupun masalah yang datang dari luar (karena interaksi) yang ikut mempengaruhi sosialisasi seorang mahasiswa dengan mahasiswa lainnya. Masalah dari pribadi itu jelas, bahwa setiap individu mempunyai masalah yang berasal dari dalam dirinya, karena manusia mempunyai karakteristik, kepribadian, cara berpikir, status sosial (kelas sosial) berbeda-beda yang berimplikasi pada keadaan sosialnnya.

Di sekolah terdapat golongan kelas sosial atas dan ada pula yang golongan kelas sosial rendah (Horton,Hunt,1987:341). Keadaan ini banyak dipengaruhi oleh latar belakang keluarga. Jadi status sosial orang tua ikut mempengaruhi kehidupan seorang anak, sebab status ini cenderung berimplikasi pada diri anak. Pada masalah ekonomi misalnya, yang berkedudukan mampu akan mudah diketahui pada tataran di lapangan. Ada mahasiswa yang orang tuanya mempunyai kedudukan dimasyarakat tinggi dan disegani dan ada pula orang tua berkedudukan rendah. Keanggotaan kelas sosial di sekolah banyak tergantung pada latar belakang kelas sosial keluarga murid (Horton, Hunt1987:341)
Menurut Heider (1958) bahwa perilaku seseorang dapat disebabkan oleh kekuatan-kekuatan yang ada dilingkungan dan dalam diri manusia itu. Kekuatan-kekuatan dari lingkungan berupa situasi yang menekan, sehingga memunculkan perilaku tertentu, begitu juga dalam diri seorang mahasiswa, situasi yang menekan baik situasi yang datang dari dalam dirinya ataupun yang datang dari lingkungan, akan mempengaruhi sikap yang diambil yang bisa diwujudkan dalam perilaku mahasiswa.

Pengaruh dari lingkungan bisa dari teman sebaya, komunitasnya, atau institusi tempat ia berinteraksi. Bagi seorang mahasiswa pengaruh dari lingkungan banyak dipengaruhi oleh mahasiswa lain, pergaulan di kampus termasuk institusi pendidikan yang mereka tekuni. Adapun faktor dari dalam diri bisa berupa kepribadian seseorang, kondisi ekonomi keluarga yang sangat berpengaruh dalam diri seorang anak serta status sosial ( kedudukan) di masyarat juga mempengaruhi perilaku seseorang.
Dalam penelitian Maria Yulimah, rata-rata orang tua mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES) memberi uang belanja putra-putri mereka dengan rata-rata berjumlah Rp 226.700,- sedangkan kiriman uang yang terkecil berjumlah sebesar Rp 150.000,00-(Maria Yulimah,2000:46). Padahal Biro Pusat Statistik menggariskan kemiskinan terjadi apabila mereka mengkonsumsi dalam sehari tidak lebih dari 1200 kalori. Prof. Dr. Pudjiwati Sajogyo menyatakan bahwa penduduk miskin di pedesaan apabila dalam sebulan mengkomsumsi beras 20 Kg/perkapita dan untuk daerah perkotaan sejumlah 30/perkapita/perbulan (Pudjiwati Sajogyo,1985:82)

Padahal dengan kiriman yang terbatas tersebut mahasiswa harus memenuhi kebutuhan hidup. Belum lagi kegiatan kampus yang banyak mengeluarkan uang dan kebutuhan pribadi misalnya uang saku, uang transport, membeli kebutuhan pribadi dan lain-lain, jelas ini akan menambah pengeluaran yang harus ditanggung oleh seorang mahasiswa.
Lebih-lebih dalam realitas di lapangan ada sebagian mahasiswa yang jumlah uang yang ia terima kurang dari itu perbulannya. Maka secara otomatis mereka sangat kekurangan biaya dalam hal pembiayaan kuliah ataupun biaya-biaya lainnya. Disinilah seorang mah`siswa telah mengalami kemiskinan yang diakibatkan oleh keadaan.

Hollingshead (1949) telah mengadakan penelitian dari pengaruh kelas sosial yang ada di sekolah. Dalam penelitian itu dapat diungkap bahwa mereka yang berada kelas sosial bawah ternyata tidak berpartisipasi dalam sejumlah kegiatan sekolah seperti pesta, seni tari, olahraga, kelompok minat, drama dan jarang belajar serius (Horton,Hunt1987:341)

Dalam kondisi miskin tidak mendukung pelaksanaan pendidikan dengan pendekatan struktural dan institusional (Emy Budiartati, 1994:56) Pada sisi lain mahasiswa membutuhkan interaksi dengan mahasiswa lainnya. Dengan demikian perilaku yang bagaimana yang mereka tunjukkan didalam pemenuhan kebutuhan dan pada saat interaksi di kampus? Berdasarkan analisa tersebut penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul : “PERILAKU MAHASISWA DARI KELUARGA MISKIN DI KAMPUS (Studi Kasus di Universitas Negeri Semarang)”


0 Response to "Perilaku Mahasiswa Dari Keluarga Miskin Di Kampus ( Studi Kasus Di Universitas Negeri Semarang ) (Pend-89)"

Post a Comment