BAB I
PENDAHULUAN
A. Permasalahan
1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan yang bermutu merupakan harapan setiap masyarakat suatu negara. Pengalaman menunjukkan bahwa modal kehidupan dalam setiap perubahan zaman adalah pendidikan. Terdapat empat isu sentral yang menjadi masalah pendidikan, yaitu : relevansi pendidikan, pemerataan pendidikan, efektifitas pendidikan, dan mutu pendidikan. Salah satu masalah pendidikan tersebut, yaitu mutu pendidikan, melibatkan banyak pihak dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan tersebut, khususnya mutu pendidikan dasar. Salah satu aspek yang memiliki peranan dalam meningkatkan mutu pendidikan dasar, adalah kemampuan guru dengan segala latar belakang dan pengalaman. Tugas guru di dalam kelas meliputi dua hal pokok, yaitu kegiatan mengajar dan kegiatan manajerial (Depdikbud, 1983:9).
Lahirnya Undang Undang Sistim Pendidikan nasional Nomor 20 Tahun
2003 telah memberikan angin segar bagi usaha pembaruan dan peningkatan mutu pendidikan. Pendidikan merupakan kebutuhan penting bagi setiap manusia, negara, maupun pemerintah pada era reformasi ini. Karena penting, pendidikan harus selalu ditumbuhkembangkan secara sistematis oleh para pengambil kebijakan atau para pelaku pendidikan.
Semua pembaruan pendidikan yang menyangkut proses maupun hasil pengajaran harus mempertimbangkan guru dalam arti keikutsertaannya. Pembaruan hanya dirumuskan di tingkat Menteri, Dirjen, dan Direktur tanpa melihat realitas kemampuan guru akan menghadapi hambatan dalam implementasinya. Suyanto (2000) mengutip pendapat Michael G. Fullan “Education change depends on what teachers do and think it’s as simple and as complex as that.” Keikutsertaan guru ini bukan dalam arti fisik atau kualitas, namun yang lebih penting ialah keikutsertaan secara mental yang didukung oleh kemampuan profesional. Oleh karena itu, guru perlu memiliki semacam a common mission pada setiap proses pembaharuan. Pembaharuan itu meliputi kurikulum, metode mengajar, media pembelajaran, administrasi pendidikan, strategi pembelajaran, dan sebagainya. Implikasi dari pembaharuan itu adalah bahwa ukuran keberhasilan proses belajar mengajar guru di kelas mengalami perubahan. Tuntutan keteriban kelas juga menjadi berubah. Selain itu, guru mengajar tanpa menyiapkan satuan pelajaran, tanpa media, tanpa variasi metode, bukanlah guru yang baik. Keadan kelas yang tenang tanpa aktivitas para siswa mengerjakan tugas atau melakukan kegiatan belajar demi tercapainya tujuan belajar, bukanlah kelas yang baik, dan perlu dihindari. Adanya perubahan tuntutan kondisi atau ketertiban kelas agar proses belajar lebih berkualitas, mendorong guru mengetahui cara mengelola (manajeman) kelas dalam proses pembelajaran. Setiap proses pembelajaran dengan metode, media, pendekatan tertentu menuntut suasana kerja tertentu pula.
Pembelajaran yang berkualitas tidak hanya ditentukan oleh pembaharuan kurikulum, fasilitas yang tersedia, kepribadian guru yang simpatik, pembelajaran yang penuh kesan, wawasan pengetahuan guru yang luas tentang semua bidang studi, melainkan juga penguasaan guru atas manajemen kelas (Maman Rachman,
1999:1-3).
Tuntutan peningkatan kualitas hampir mewarnai semua sektor dan menjadi suatu kebutuhan yang tidak bisa diabaikan. Berbagai upaya inovasi untuk melahirkan peningkatan mutu tak henti-hentinya dilakukan. Tujuannya antara lain, agar hasil yang diperoleh lebih baik, lebih meningkat, lebih produktif dari keadaan sebelumnya.
Dari semua perubahan-perubahan tersebut yang merupakan paradigma baru memberikan pengaruh terhadap tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Dampaknya akan dirasakan oleh berbagai kalangan, baik pemerintah maupun non pemerintah, yaitu swasta dan masyarakat. Walaupun sifatnya masih dalam taraf sosialisasi, namun telah membuka cakrawala pemikiran-pemikiran serta gagasan- gagasan yang berharga dalam mempersiapkan terlaksananya Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional tersebut.
Sebagaimana diungkapkan di atas, bahwa konteks pengembangan sumber daya manusia, pendidikan sebagai usaha sadar diarahkan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar dapat diwujudkan dalam bentuk kemampuan, keterampilan, sikap, dan kepribadian yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Tempat atau lembaga yang paling strategis untuk mengembangkan sumber daya manusia, adalah sekolah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang mengemban tugas untuk memberikan pendidikan dan pengajaran, agar para peserta didik dapat menjadi manusia sesuai dengan harapan, sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, yang menyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Menurut M. Entang dan Raka Joni (1998 : 54) mengemukakan bahwa tujuan yang dikehendaki dalam setiap kegiatan belajar mengajar, baik yang sifatnya instruksional maupun tujuan pengiring akan dapat dicapai secara optimal apabila dapat diciptakan dan dipertahankan kondisi yang menguntungkan bagi siswa. Dalam setiap proses belajar-mengajar kondisi ini harus direncanakan dan diusahakan oleh guru secara sengaja agar dapat dihindarkan kondisi yang merugikan (usaha pencegahan) dan mengembalikan kepada kondisi yang optimal apabila terjadi hal-hal yang merusak yang disebabkan oleh tingkah laku siswa di dalam kelas (usaha kuratif).
Usaha guru dalam menciptakan kondisi yang diharapkan akan efektif apabila: Pertama, diketahui secara tepat faktor-faktor mana sajakah yang dapat menunjang terciptanya kondisi yang menguntungkan dalam pembelajaran; Kedua, dikenal masalah-masalah apa sajakah yang diperkirakan dan biasanya timbul dan dapat merusak iklim belajar-mengajar; dan Ketiga, dikuasainya berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas dan diketahui pula kapan dan untuk masalah mana suatu pendekatan digunakan.
Dari konsep di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa manajemen kelas yang sehat pelu memperhatikan dalam: 1) menyusun rancangan dan prosedur manajemen kelas; 2) mengimplementasikan hasil rancangan tersebut; 3) menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen kelas; dan 4) merumuskan indikator keberhasilan manajemen kelas.
Dalam konteks guru dalam melaksanakan tugasnya di kelas adalah mengajar, terikat pada rambu-rambu yang telah ditetapkan, mengenai apa yang mesti dilakukan guru di kelas jika mengajar merupakan suatu pekerjaan professional, maka harus memiliki pertimbangan professional (professional judgment) dalam melaksanakan tugasnya.
Pertimbangan professional guru dalam melaksanakan tugasnya mengajar di kelas, minimal harus: 1) mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Komitmen tertinggi guru adalah berorientasi pada kepentingan siswanya, 2) menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkan serta cara mengajarnya. Bagi guru, hal ini merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, 3) guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi, mulai cara pengamatan dalam perilaku siswa sampai tes hasil belajar.
Apabila kedua konsep tersebut di atas, diterapkan dalam konteks pembelajaran, maka guru harus mempunyai kemampuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap dan keterampilan serta motivasi dalam rangka mencapai
produktifitas pengajaran yang dalam proses pelaksanaannya melalui perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan profesional para guru SD dalam meningkatkan mutu proses dan hasil belajar serta kinerja guru dengan melalui wadah sistem pembinaan, yaitu Gugus Sekolah Dasar. Pedoman pengelolaan gugus sekolah dibentuk berdasarkan SK Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan kebudayaan Nomor: 079/C/Kep/I/93. Gugus Sekolah di SD merupakan suatu wadah pembinaan profesional tenaga kependidikan khususnya guru.
Dalam kenyataannya secara empirik di lapangan berdasarkan hasil wawancara, observasi serta pengamatan pada gugus sekolah di SD perilaku guru di kelas, yaitu:
1) yang berkaitan dengan pelaksanaan manajemen kelas, yang meliputi: a) kurang mengenal masalah pengajaran dan masalah pengelolaan kelas sehingga dalam penanggulangannya pun tidak tepat; b) kurang tepat memilih pendekatan pengelolaan kelas yang digunakan; c) kurang memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen kelas, baik secara intern maupun eksteran; dan d) kurang memahami terhadap indikator keberhasilan penerapan manajemen kelas.
Dari kenyataan di atas, maka dapat dipastikan tidak tercapai kondisi manajemen yang sehat. Usaha profesionalisasi melalui dialog dan kolaborasi antara guru mempunyai pengaruh yang positif terhadap hubungan antara sesama guru dan antara para guru dengan kepala sekolah, tetapi perubahan itu tidak
banyak mengubah apa yang terjadi di kelas dalam hubungan guru dan siswa. Padahal di kelas terjadi seluruh interaksi pembelajaran yaitu; guru dengan segala kemampuannya, murid dengan segala latar belakangnya, kurikulum dengan komponen metode dan media, yang keseluruhannya berinteraksi secara simultan. Untuk itu, kegiatan kelas harus dimanajemeni;
2) kelemahan-kelemahan yang ditemukan di lapangan yang berkaitan dengan kinerja guru dalam mengajar, meliputi: a) perencanaan pengajaran; guru mengajar di kelas seolah-olah tanpa membuat persiapan yang matang hanya merupakan pekerjaan rutinitas di kelas; b) pelaksanaan pembelajaran; keterampilan mengajar tidak tampak dipraktekkan dalam penyampaian bahan ajar; c) evaluasi; penerapan penilaian proses maupun hasil belajar siswa seolah-olah tidak nampak. Di lihat dari profesi guru di kelas adalah mengajar, sedangkan penampilan kerja guru (performance) melalui perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi mengajar, seolah-olah guru tidak memiliki kemampuan yang memadai dalam melaksanakan tugasnya atau kurang memiliki pengetahuan tentang keterampilan mengajar di kelas sesuai dengan persyaratan yang ditentukan, dan guru tidak memiliki motivasi untuk mengajar, serta guru tidak memiliki tanggung jawab sosial atas hasil pekerjaanya.
Berdasarkan kenyataan di atas, bahwa guru kurang dapat menunjukkan kinerja sebagaimana mestinya sehingga prestasi kerja guru dalam mengajar di kelaspun kurang memadai. Dengan kinerja mengajar yang kurang memadai dalam proses pembelajaran yang akan mengakibatkan kurang efektifitasnya belajar.
3) Dalam hal perilaku murid, di antaranya: a) kurang berpartisipasinya dalam belajar; b) kurang memiliki motivasi atau kegairahan belajar; c) kurang adanya kerjasama kelompok dalam belajar. Dari perilaku murid tersebut menunjukkan bahwa dorongan kebutuhan mencapai prestasi belajar dalam diri siswa sendiri sangat lemah.
Hal tersebut di atas dikhawatirkan bila dalam kegiatan belajar mengajar tidak ditunjang dengan terciptanya suasana belar yang kondusif dan kinerja guru yang tidak memadai akan mengakibatkan proses belajar mengajar tidak efektif dan hasil belajar tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut diperlukan strategi manajemen kelas dan kinerja guru yang sehat dalam melakukan interaksi dengan siswa yang dapat memberikan kontribusi terhadap prestasi belajar siswa yang optimal dan dimplementasikan secara lebih profesional.
Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan guru dalam manajemen kelas dan kinerja guru dalam mengajar yang memadai dalam kegiatan belajar mengajar akan memberikan dampak besaran kontribusi yang positif terhadap prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, peneliti mengajukan permasalahan yang akan diteliti dengan judul Kontribusi Manajemen Kelas dan Kinerja Mengajar Guru Terhadap Prestasi Belajar.
2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan permasalahan yang dikemukanan dalam latar belakang penelitian dan hasil pengamatan awal di lokasi penelitian, peneliti mendapatkan fenomena-fenomena yang mengindikasikan bahwa prestasi belajar siswa SD
Negeri di Kecamatan Sumedang Selatan sangat dipengaruhi oleh proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh instrumen input, di antaranya kurikulum (SAP), bahan (sumber belajar), guru, sarana dan prasarana, metode (strategi mengajar), dan manajemen pembelajaran atau manajemen kelas. Faktor yang lain mempengaruhi prestasi belajar, yaitu raw input (siswa) dengan segala karakteristiknya, meliputi tingkat kecerdasaran, bakat khusus, motivasi belajar, minat, sikap, dll. Sedangkan pengaruh dari factor environmental input, di antaranya lingkungan social, fisik, kultur, iklim dalam lingkungan sekolah.
Berdasarkan indikator proses belajar mengajar yang mempengaruhi terhadap prestrasi belajar, menurut dugaan peneliti antara lain disebabkan oleh belum diperhatikannya beberapa hal penting yang berpengaruh terhadap prestasi belajar, yaitu: manajemen kelas dan kinerja guru dalam mengajar sebagai tugas seorang prefosional pendidikan sehingga berdampak terhadap prestasi yang relatif masih rendah.
Berdasarkan pengamatan di lapangan masalah tersebut maka dapat diidentifikasi masalah yang muncul berkaitan dengan masalah di kelas, masalah kinerja guru, masalah efektivitas mengajar, dan masalah prestasi belajar siswa. Identifikasi secara secara rinci sebagai berikut.
a. Guru kurang pemahaman terhadap masalah pengelolaan dan pengajaran. b. Guru kurang memahami pendekatan dalam manajemen kelas.
c. Guru kurang terampil dalam memilih pendekatan untuk memecahkan masalah manajemen kelas.
d. Guru kurang memahami faktor-faktor yang mempengaruhi, baik faktor intern maupun ekstern.
e. Guru kurang memiliki inovasi dalam melakukan pembelajaran. Artinya guru sebagian besar masih konvensional atau driil.
f. Guru kurang memiliki motivasi untuk menggali wawasan yang dapat memberikan kontribusi untuk menjalankan tugasnya, terutama yang berkaitan dengan pembelajaran.
g. Peranan guru dalam pembelajaran masih dominan, kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksplorasi belajar.
h. Kurangnya upaya dari guru dalam menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif.
i. Guru kurang terampil dalam menilai efektifitas mengajar
j. Guru kurang berupaya mengembangkan materi maupun cara mengajar. k. Tingkat partisipasi siswa dalam pembelajaran relatif rendah.
l. Kurangnya inisiatif dari siswa dalam melakukan brainstorming saat pembelajaran berlangsung, dan terkesan siswa menunggu perintah dari guru.
m. Secara umum hasil belajar siswa relatif rendah. n. Kurang kerjasama antar siswa.
Dari gambaran di atas yang menjadi pokok kajian dalam penelitian ini dilihat dari keterpaduan antara fungsi dan bidang garapan manajemen pendidikan tingkat mikro merupakan pelaksanaan atau implementasi dari Proses Belajar Mengajar di kelas, yang didalamnya ada keterlibatan guru sebagai salah satu aspek dari instrumental input. Keikutsertaan guru sedikitnya dapat mempengaruhi
terhadap hasil yang diharapkan. Penampilan kerja guru di kelas meliputi mengajar dan manajerial, dengan demikian yang menjadi issu sentral dalam penelitian ini, yaitu seberapa besar kontribusi manajemen kelas dan kinerja mengajar guru terhadap prestasi belajar yang dicapai siswa SD untuk memiliki kemampuan dasar. Adapun variabel penelitian ini terdiri dari variabel independen dan variabel dependen, yaitu variabel independen terdiri 2 variable yang menurut peneliti sangat erat dengan penelitian ini, yaitu: (a) manajemen kelas, (b) kinerja mengajar guru. Untuk selanjutnya terhadap variabel ini peneliti memberi tanda atau notasi sebagai berikut : X1 untuk manajemen kelas, X2 untuk kinerja mengajar guru. Sedangkan variabel dependen, yaitu prestasi belajar.
Dari ketiga variabel tersebut terdapat beberapa indikator yang turut mendukung: 1) variabel manajemen kelas; 2) kinerja mengajar guru; dan 3) variabel prestasi belajar, di antaranya indicator untuk variable manajemen kelas, yaitu a) guru kurang memahami dan membedakan mana masalah manajemen kelas dan mana masalah pengajaran, b) guru kurang terampil menggunakan dan memilih strategi pendekatan yang tepat, c) kurang memperhatikan factor-faktor yang mempengaruhi manajemen kelas. Indikator yang terdapat dalam variable kinerja mengajar, di antaranya: a) pengetahuan, b) keterampilan, c) sikap dan motivasi. Indikator yang mempengaruhi prestasi belajar sangat ditentukan oleh kemampuan, lingkungan, dan intelegensi, terutama ditentukan oleh factor internal siswa sendiri, yaitu hasrat untuk berprestasi
0 Response to "KONTRIBUSI KEMAMPUAN MANAJEMEN KELAS DAN KINERJA MENGAJAR GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA (pend-78)"
Post a Comment