BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Masa anak (childhood) berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Hurlock (1994:146) menyebut masa anak sebagai periode krisis. Masa krisis ditandai dengan suatu periode dimana anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses. Pada usia tersebut anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan menyesuaikan diri dengan orang dewasa dan dapat mempelajari berbagai keterampilan tertentu.
Akhir masa anak ditandai dengan anak mulai memasuki jenjang pendidikan sekolah dasar. Bagi sebagian besar anak, hal tersebut merupakan perubahan besar dalam pola kehidupan. Usia sekolah dasar merupakan peristiwa penting bagi kehidupan setiap anak sehingga dapat mengakibatkan perubahan dalam sikap, nilai dan perilaku. Penguasaan tugas-tugas perkembangan tidak lagi sepenuhnya menjadi tanggungjawab orang tua seperti pada tahun-tahun prasekolah, namun penguasaan keterampilan dasar juga menjadi tanggung jawab pihak sekolah.
Usia sekolah dasar termasuk dalam fase kesadaran karir. Menurut Super (Winkel, 1997) usia dari saat lahir sampai umur 15 tahun merupakan usia dimana anak mengembangkan berbagai potensi, pandangan khas, sikap, minat dan kebutuhan-kebutuhan yang dipadukan dalam konsep diri (self-concept structure). Siswa sekolah dasar dibantu untuk mengenal dunia kerja dan dirinya sendiri serta
memiliki kesadaran pentingnya kerelaan untuk bekerjasama dan bertindak secara bertanggungjawab. Upaya pengenalan dan penyadaran diusahakan bertahap dari yang sederhana ke yang lebih kompleks.
Pendidikan dasar bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar. Kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga Negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah (UNSPN dan PP No.28 Tahun 1999).
Tujuan tersebut mengisyaratkan bahwa siswa sekolah dasar tidak hanya dituntut dapat menguasai keterampilan dasar membaca, menulis dan menghitung tetapi juga memiliki kompetensi intelektual, pribadi juga sosial. Istilah kompetensi digunakan sebagai salah satu istilah yang tidak hanya sekedar keterampilan melainkan juga mencakup sikap dan pengetahuan, karena itu istilah kompetensi lebih tepat digunakan dalam menjelaskan kemampuan-kemampuan yang perlu dikembangkan siswa dalam bidang kompetensi karir.
Salah satu bentuk bantuan di sekolah untuk memfasilitasi perkembangan individu adalah layanan bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling merupakan suatu bagian integral pendidikan yang menyediakan bantuan bagi individu untuk dapat berkembang secara optimal, memahami diri, lingkungan dan dapat merencanakan masa depan. Bimbingan dan konseling juga merupakan upaya yang dilakukan untuk membantu peserta didik memiliki kompetensi psikologis, memahami pribadi yang aktif, kreatif, mandiri dan berbudi luhur. Bimbingan karir merupakan bagian dari bimbingan dan konseling.
Karir adalah perjalanan yang panjang dari seseorang dalam menjalani peran kehidupan hingga dapat mengekspresikan potensi dan mewujudkan diri yang bermakna bagi diri dan lingkungannya. Suatu posisi dianggap karir bergantung pada pandangan individu tentang karir dan perspektif mana yang digunakan serta yang terpenting adalah bagaimana kualitas individu berperilaku dan berperan pada setiap posisi. Kualitas perilaku pada setiap posisi karir dapat dijadikan sebagai suatu kepuasan dan dapat bermakna bagi diri serta lingkungan sekitar. Bagian yang sangat penting dari tahap perkembangan karir adalah perencanaan, membuat keputusan dan kepuasan terhadap karir yang ditekuninya. Kesuksesan individu dalam mencapai tujuan, akan berpengaruh kepada setiap aspek kehidupan. Kekuatan karir individu terletak pada cara membuat keputusan dan berani menanggung setiap resiko dari keputusan yang telah dipilih.
Karir merupakan rentang kehidupan yang bermakna bagi individu sehingga individu dapat mengaktualisasikan diri. Dengan demikian karir merupakan bagian dari perkembangan individu yang akan mempengaruhi proses kehidupannya. Proses perkembangan karir berlangsung secara berkelanjutan dan bukan merupakan segmentasi dari tahap-tahap perkembangan. Oleh karena itu pendidikan karir perlu diberikan sejak awal perkembangan individu. Meskipun pada tahap-tahap awal perkembangannya individu belum diarahkan pada pemilihan dan pembuatan keputusan karir, namun pendidikan karir sejak dini berkontribusi pada penyediaan kesempatan karir di masa yang akan datang. Selain itu, perkembangan karir tidak dapat dilepaskan dari perkembangan aspek lainnya,
sehingga dalam hal ini sekolah tidak dapat melepaskan tanggung jawabnya dalam menyukseskan pendidikan karir siswa.
Pada usia sekolah dasar, kesadaran karir lebih dititikberatkan pada eksplorasi karir dan pengenalan jabatan yang ada dalam lingkungan masyarakat. Meskipun anak belum sampai kepada tahap pemilihan karir, namun pemilihan karir sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, masyarakat, media atau faktor lain yang ikut membantu dalam membuat keputusan karir. Pihak sekolah membantu anak dalam memperoleh informasi karir, mengenal karakteristik diri serta hubungan antara pekerjaan dan belajar dalam kehidupan sehari-hari. Pada waktu yang sama, kurikulum sekolah hendaknya menjaga dari bias gender mengenai informasi pekerjaan. Proses bimbingan karir adalah komponen penting dalam pengembangan program untuk sekolah dasar.
Berdasarkan penelitian pada tahun 1988 yang dilakukan oleh Alexander dan Entwisle (Santrock, 1995: 350) menyimpulkan bahwa tahun pertama sekolah diidentifikasi sebagai suatu periode yang sangat penting dalam pembentukan prestasi. Kebanyakan sekolah dasar, berjalan atas dasar umpan balik yang negatif. Harga diri anak menjadi lebih rendah dibandingkan pada saat berada dalam usia prasekolah. Bagi kebanyakan anak, masuk sekolah dasar akan berdampak pada perubahan peran dan kewajiban. Pemberian bimbingan karir pada anak sangat diperlukan sejak dini dalam membentuk kesadaran bahwa sekolah akan memberi anak sumber gagasan baru yang kaya untuk membentuk rasa percaya diri.
Penelitian mengenai harapan dan cita-cita karir anak sekolah dasar
Richard, 2005; Anne, 2005; Herting, 2005) yang dilakukan pada 123 responden,
menunjukkan bahwa anak-anak yang berada pada kelas atas mampu berpikir mengenai pilihan karir secara lebih spesifik dan realistik dibandingkan dengan anak yang berada pada kelas bawah. Usia sekolah dasar perlu ditanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri, pengetahuan mengenai informasi karir dan cita- cita, menjadi fokus utama bimbingan karir di sekolah dasar. Dalam hal ini hendaknya pihak sekolah membantu siswa dalam memperoleh pengetahuan mengenai informasi karir yang sesuai dengan bakat dan minat anak. Rekomendasi dari penelitian tersebut adalah bimbingan yang dikembangkan bernuansa media permainan dengan harapan agar anak mampu mengungkapkan perasaannya melalui media tersebut.
Penelitian mengenai isu kematangan perkembangan karir (Wendy, 2001; Petter, 2001) dilakukan di Australia. Hasil riset menggambarkan bahwa terdapat ketidakseimbangan antara program dasar pendidikan karir dengan praktek bimbingan karir di lapangan. Program bimbingan karir hendaknya disusun berdasarkan analisis kebutuhan sebagai suatu intervensi terhadap karir perkembangan. Pihak sekolah hendaknya tidak membeda-bedakan layanan bimbingan karir berdasarkan gender, akan tetapi dapat disiasati dengan jalan pemberian informasi dan kepantasan perencanaan karir yang sesuai dengan tahap perkembangan siswa.
Kenyataan di sekolah masih ditemukan siswa yang belum memiliki kesadaran karir. Penelitian Wahono (2000) mengenai angka putus sekolah di Indonesia pada tahun ajaran baru di sekolah dasar semakin memperkuat bahwa kesadaran karir perlu ditanamkan dalam setting sekolah. Hasil penelitian
menunjukkan ketika tahun ajaran baru berlangsung, tingkat pendaftaran siswa pada jenjang sekolah dasar sangat membanggakan yakni mencapai 93% sampai
95,7% dari tahun 1994 hingga tahun 1999. Namun presentase yang mendaftar sekolah tidak sesuai dengan presentase kelulusan yang hanya mencapai 26,3% hingga 30,7%. Salah satu penyebab kegagalan pendidikan nasional adalah rendahnya minat untuk dapat melanjutkan sekolah, padahal pada usia sekolah dasar anak harus sampai pada kompetensi karir yaitu memiliki kesadaran akan hubungan antara pendidikan dan pekerjaan serta mampu merencanakan masa depan.
Hasil penelitian Gysbers di Alaska tahun 2005 menyatakan bahwa pelaksanaan bimbingan konseling terpadu di sekolah dirasakan sangat penting. Bimbingan karir yang dilakukan merujuk pada model bimbingan komprehensif. Alasan model ini cocok dilaksanakan karena terbukti siswa lebih dapat memahami diri dan mampu merencanakan karir pada masa yang akan datang. Diperkuat oleh penelitian Sheldon dan Morgan (Journal Counseling&Development, 1992) mengemukakan bahwa bimbingan karir di sekolah terbukti mampu meningkatkan prestasi belajar anak dan konsep diri yang positif serta memiliki pandangan yang jauh mengenai masa depan.
Berdasarkan pada penelitian yang dilakukan Bernes dan kawan-kawan tahun 2005 pada 428 sekolah dasar di Nebraska, menyatakan bahwa kurikulum bimbingan adalah kunci utama dalam mengembangkan program bimbingan yang menyeluruh di sekolah. Program bimbingan harus menggambarkan tujuan instruksional dan dapat mengoptimalkan kemampuan siswa yang merujuk pada
analisis kebutuhan menurut kompetensi, baik itu kompetensi pribadi-sosial, akademik ataupun karir. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa 4,94% menunjukkan bahwa program bimbingan telah melayani kebutuhan perkembangan siswa dan 86,4% menyatakan bahwa siswa belum merasakan fungsi layanan bimbingan di sekolah secara terpadu. Walaupun kebanyakan konselor sekolah menyatakan telah memiliki program bimbingan yang dibuat dalam melayani kebutuhan perkembangan semua siswa namun setelah diselusuri hasilnya lebih dari 30% responden menyatakan belum memiliki kurikulum bimbingan yang sistematis di sekolah. Hal tersebut ironis karena bimbingan yang dilaksanakan di sekolah selayaknya harus terprogram dan terencana dengan baik.
Whiston dan Sexton mengulang kembali penelitian konseling sekolah yang diadakan dari tahun 1988 sampai 1995. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa secara umum kegiatan yang dilaksanakan oleh konselor sekolah memiliki pengaruh positif terhadap prestasi siswa, perencanaan karir, dan keterampilan sosial, namun menggambarkan kesimpulan secara hati-hati dikarenakan adanya keterbatasan pada beberapa studi dalam hal metode penelitiannya. Penggunaan media permainan merupakan salah satu media dalam melaksanakan bimbingan dan konseling agar lebih bermakna bagi anak dan memberikan pengalaman pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. (Green & Keys, 2001).
Bimbingan karir diperlukan sejak dini khususnya dalam aspek kesadaran karir, dengan asumsi bahwa perkembangan dan wawasan karir pada masa tersebut akan berpeng`ruh pada perkembangan karir dimasa selanjutnya. Selain itu, adanya
informasi karir yang bersifat bias dan kurang tepat memerlukan bimbingan karir yang terpadu di sekolah. Melalui bimbingan karir siswa juga diharapkan memiliki kompetensi pribadi baik dalam bidang akademik, pribadi-sosial, maupun karir yang berguna bagi pengembangan diri menuju masa selanjutnya. Oleh karena itu, pelaksanaan bimbingan karir hendaknya dilaksanakan secara berkelanjutan secara formal mulai dari jenjang pendidikan sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, namun orientasi bimbingan karir di sekolah dasar bukan pemilihan karir akan tetapi lebih berfokus pada diri dan kesadaran karir. Bimbingan karir di sekolah dasar tidak dimaksudkan untuk memaksa anak dalam melakukan pilihan yang premature, namun lebih berfokus pada pilihan-pilihan yang tersedia, cara mengantisipasi dan merencanakan masa depan yang berhubungan dengan ciri-ciri pribadi yang dimiliki.
Meskipun bimbingan karir tidak dapat dipisahkan dari bimbingan pribadi- sosial dan akademik, namun semuanya memiliki proporsi yang sama penting dalam mengembangkan kompetensi seorang individu. Kompetensi karir akan mempengaruhi kehidupan anak masa mendatang. Bimbingan karir menanamkan kepada anak mengenai pentingnya belajar karena dunia akan selalu berubah. Melalui bimbingan karir pula, anak ditanamkan kesadaran bahwa manusia tidak hanya hidup untuk belajar namun setiap manusia dituntut untuk bekerja. Bekerja merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari hidup manusia. Dengan bekerja, manusia membangun dunia agar lebih sesuai dengan hakikat kemanusiaannya dan dengan bekerja pula manusia semakin berbudaya dan beradab.
Kenyataan di lapangan menunjukkan penggunaan media permainandalam mengembangkan kesadaran karir masih terbatas pada jenjang pendidikan sekolah menengah pertama serta sekolah menengah atas dan diutamakan bagi siswa kelas akhir yang diperkirakan akan memasuki perguruan tinggi dan dunia pekerjaan. Meskipun pendidikan karir mendapat dukungan dari berbagai pihak, tidak sedikit juga anggapan negatif dari kelompok tertentu yang menolak penanaman bimbingan karir sejak dini kepada anak. Misalnya, adanya anggapan bahwa bimbingan karir kurang memberi kontribusi pada kurikulum sekolah, selain itu adanya program pendidikan kejuruan (vocational education) dianggap membatasi pendidikan formal pada aspek perkembangan karir dan pekerjaan tertentu. Disamping itu, penyediaan program bimbingan karir di sekolah dasar dikhawatirkan akan memaksa anak untuk melakukan pengambilan keputusan karir. Padahal jika ditelaah lebih lanjut, inti dari pendidikan karir adalah memfasilitasi perkembangan karir individu sesuai dengan tahapan perkembangan karir, sehingga individu atau siswa yang belum matang tidak dipaksa untuk membuat keputusan karir yang prematur.
Kurangnya dukungan dari pihak sekolah dan orang tua, menambah daftar panjang fenomena masih kurangnya kesadaran karir pada anak yang akan berdampak pula terhadap perkembangan dimensi pribadi, sosial serta akademik. Persepsi dan konsepsi belajar dipahami orang tua dan pendidik secara sempit dan terbatas. Praktek pendidikan di sekolah dasar menjadi sangat berorientasi akademik. Proses pembelajaran di kelas terarah dalam upaya memenuhi tujuan yang bersifat simbolisme, terstruktur dan mengejar target kurikulum. Belajar
identik dengan duduk diam memperhatikan pelajaran guru atau mengerjakan tugas sesuai dengan materi pelajaran.
Perhatian terhadap dimensi perkembangan diri anak sebagai pribadi unik yang memiliki potensi, perbedaan individu dan minat terasa terabaikan. Kebutuhan anak untuk bermain sesuai karakteristik perkembangan tidak terpenuhi. Proses belajar mengajar tidak memfasilitasi pengembangan perilaku dan keterampilan sebagai pribadi, pelajar dan anggota masyarakat.
Selain itu masih jarang sekolah dasar yang memiliki program bimbingan dan konseling yang sistematis dan komprehensif, bahkan keberadaan guru pembimbing atau konselor di sekolah dasar masih sangat terbatas jumlahnya. Secara konten terdapat kurikulum yang bermuatan bimbingan, tetapi hal ini belum disadari oleh para guru bahwa materi tersebut akan lebih bermakna bila disampaikan dengan nuansa bimbingan. Para guru masih berfikir bahwa materi yang diberikannya merupakan materi yang harus dikuasai anak untuk mencapai standar kompetensi yang sebagai telah ditentukan, tanpa mengamati secara intensif perkembangan psikologis yang telah dicapai anak.
Konselor sebagai guru pembimbing dalam memberikan layanan kepada anak dapat menggunakan berbagai media untuk memfasilitasi hubungan antara konselor dan anak sebagai konseli, membangun informasi, penilaian dan segala kegiatan untuk tercapainya perubahan tingkah laku anak sesuai yang diharapkan. Diantara sekian banyak media yang dapat digunakan oleh konselor dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling, media yang dapat dipergunakan adalah dengan memanfaatkan media permainan. Media permainan merupakan alat
yang penting untuk konselor dalam memberikan layanan bagi konseli. Pendekatan ini merupakan alternatif dalam berkomunikasi dengan anak. Selain itu adanya kekhawatiran atau kecemasan secara akademik akan media yang selama ini kurang menyentuh kesadaran karir anak serta pendekatan yang selama ini digunakan tidak tepat sasaran. Program bimbingan untuk mengembangkan kesadaran karir anak melalui media permainanmerupakan salah satu solusi dalam menjawab tantangan yang ada. Program bimbingan untuk mengembangkan kesadaran karir anak melalui media permainan merupakan program bimbingan dan konseling yang disusun dan direncanakan terlebih dahulu secara matang pada adegan sekolah, dengan merujuk pada kompetensi karir yang harus dimiliki oleh anak usia sekolah dasar melalui media seni dan permainan. Dengan kata lain, program tersebut dapat menjadi rujukan konselor dalam menyusun rencana kegiatan bimbingan karir di sekolah dasar.
Berdasarkan kenyataan dan harapan tersebut, penelitian bermaksud memperoleh program bimbingan dan konseling untuk mengembangkan kesadaran karir anak melalui media permainan.
0 Response to "PENGGUNAAN MEDIA PERMAINAN DALAM MENGEMBANGKAN KESADARAN KARIR ANAK (Studi Pengembangan Program Pada Kelas Atas Sekolah Dasar Islam Terpadu..(PEND-85"
Post a Comment