BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap waktu tingkatan sekolah dari mulai sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas dan sekolah menengah kejuruan menghadapi berbagai macam kendala, hambatan dan permasalahan terutama dalam bidang tugas baik edukatif maupun administratif, diantaranya yang mendapat sorotan adalah mengenai pengelolaan pendidikan, mutu pendidikan, mutu guru dan mutu kepala sekolah.
Mutu kepala sekolah perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak untuk upaya meningkatkan mutu pendidikan secara keseluruhan dalam konteks pembangunan pendidikan, karena peningkatan pengelolaan pendidikan serta peningkatan mutu guru sangat bergantung pada mutu seorang kepala sekolah sebagai penanggung jawab pengelola sekolah. Untuk meningkatkan mutu guru telah banyak sekali kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan melalui MGMP, Diklat, work shop, seminar bahkan program penyetaraan S1, sedangkan untuk peningkatan mutu kepala sekolah sangat minim, bahkan kepala sekolah-kepala sekolah baru tidak semua mengecap pendidikan dan latihan calon kepala sekolah bahkan tidak pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan kepala seklah setelah mendapat tugas baru sebagai kepala sekolah. Untuk itu sangat perlu adanya usaha- usaha atau upaya-upaya yang serius untuk meningkatkan kemampuan kepala
sekolah agar dapat menjalankan tugas-tugas yang berhubungan dengan teknis
edukatif dan administratif kearah pencapaian tujuan pendidikan. Tujuan yang ingin dicapai melalui pelaksanaan pendidikan menengah khususnya menengah atas yaitu seperti berikut:
1. Meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.
2. Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timpal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitarnya ( PP RI No. 29 Tahun 1990 ).
Sedangkan tujuan pendidikan menengah umum atau atas pada PP RI No. 29 Tahun 1990 yaitu pendidikan menengah umum mengutamakan penyiapan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi. Untuk mencapai dan menggapai tujuan tersebut, kepala sekolah tidak hanya mengikuti kegiatan-kegiatan yang telah dikemukakan diatas tetapi diperlukan pula sifat gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi dan kondisi di setiap unit kerja. Pada pencapaian tujuan pendidikan tersebut memerlukan keterlibatan banyak orang dan akan terjadi proses interaksi antar manusia yang melahirkan proses kerjasama. Agar proses kerjasama itu efektif, efisien dan terarah kepada pencapian tujuan pendidikan diperlukan kegiatan teori tentang mempengaruhi perilaku orang-orang secara individual. Seperti dikemukakan Biyantu (2007:80). Oleh karena itu pemimpin pendidikan harus bertanggung jawab dalam menciptakan kultur organisasional yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan partisipasi seluruh pihak yang disebut dalam pengajaran dan pembelajaran. Untuk menciptakan kultur organisasional pengajaran pendidikan di sekolah diperlukan suatu proses kerjasama yang harmonis dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan serta pencapaian kualitas pendidikan di tingkat sekolah, sangat diperlukan sumber daya yang memadai terutama sumber daya manusia disamping sumber daya bukan manusia. Sumber daya manusia atau tenaga pendidikan yang terlibat dalam pelaksanaan pengelolaan pendidikan di sekolah menengah atas yaitu tenaga pendidik, staf administrasi dan kepala sekolah.
Dari semua pengelolaan pendidikan di sekolah yang paling memegang peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan yaitu kepala sekolah yang memegang posisi utama sebagai pemimpin formal dan organisasi sekolah, seperti tersurat pada wawasan wiyata mandala seperti berikut: Kepala sekolah mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh atas penyelenggaraan pendidikan dalam lingkungan sekolahnya.
Dalam konteks organisasi sekolah, kepala sekolah sebagai pengelola pendidikan mempunyai tugas yang tidak mudah. Tugas kepala sekolah yang sangat popular dengan akronim EMASLIM, yaitu :
1. Kepala sekolah sebagai edukator/pendidikan yaitu kepala sekolah harus memiliki kemampuan membimbing guru; membimbing karyawan/staf administrasi; kemampuan membimbing siswa; kemampuan mebimbing pembantu pelaksana bersama kepala urusan tata usaha; kemampuan belajar mengikuti perkembangan Iptek.
2. Kepala sekolah sebagai manajer yaitu kepala sekolah harus memiliki kemampuan menyusun program; kemampuan menyusun organisasi/ personalia; kemampuan menggerakan staf, pengajar dan karyawan; kemampuan mengoptimalkan sumber daya sekolah.
3. Kepala sekolah sebagai administrator yaitu kepala sekolah harus memiliki kemampuan mengelola administarsi kesiswaan; kemampuan mengelola administrasi ketenagaan; kemampuan mengelola administrasi keuangan; kemampuan mengelola adminsitrasi sarana prasarana; kemampuan mengelola administarsi persuratan.
4. Kepala sekolah sebagai supervisor yaitu kemampuan menyusun program supervisi; kemampuan melaksanakan program supervisi; kemampuan menggunakan hasil supervisi.
5. Kepala sekolah sebagai leader/pemimpin yaitu meiliki kepribadian yang kuat, memahami kondisi rekan kerja dengan baik; memiliki visi dan misi sekolah; memiliki kemampuan mengambil keputusan; memiliki kemampuan berkomunikasi.
6. Kepala sekolah sebagai inovator yaitu kemampuan mencari atau menemukan gagasan baru untuk pembaharuan sekolah; kemampuan melakukan pembaharuan di sekolah.
7. Kepala sekolah sebagai motivator yaitu kemampuan mengatur lingkungan kerja atau fisik; kemampuan mengatur suasana kerja yaitu non fisik; kemampuan menerapkan prinsif penghargaan dan hukuman.
Ketujuh tugas seorang kepala sekolah tersebut merupakn suatu sistim yang tidak dapat dipisah-pisahkan, merupakan satu kesatuan peran seorang kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pemimpin di sekolah. Dalam hal ini ada yang beranggapan bahwa kepemimpinan merupakn salah satu fungsi administarsi. Sesuai dengan maksud tesis ini, fokusnya tertuju kepada peranan kepemimpinan sekolah dengan tanpa mengurangi arti dan peran yang lainnya.
Fungsi kepemimpinan menurut Handoko, T. H, (2003:8) yaitu menangani antar segi pribadi, segi hubungan antar manusia di dalam satu ikatan kerja. Selanjutnya dikatakan bahwa memimpin berhadapan dengan manusia, dengan hasrat dan keinginannya, dengan sikap dan tindak tanduknya, baik sebagai perorangan maupun didalam kelompok. Oleh karena menyangkut dengan manusia, maka pemimpin selalu berkaitan dengan motivasi, penggunaan pende- katan dan gaya kepemimpinan.
Studi mengenai kepemimpinan sering dilakukan oleh para ahli sejak lama hingga sekarang dan masih terus berlanjut. Hal ini menandakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu hal yng penting terutama dalam suatu organisasi. Oleh karena itu, kepemimpinan akan tetap hangat untuk diperbincangkan dan masih tetap menarik untuk dikaji apalagi dengan menggunakan kualitatif ataupun kuantitatif karena menyangkut perilaku manusia dalam berinteraksi dengan sesamanya.
Syaiful Sagala (2008:150) mengemukakan bahwa isu penting kepemim- pinan pendidikan adalah berkisar kepada tipe dan gaya kemepimpinan yang mana yang paling efektif dan efisien dalam mencapai tujuan lembaga. Karena menurut Max Weber dikenal adanya tipe-tipe kepemimpinan yang didasari tradisi turun temurun, kharisma atau wibawa disebabkan karateristik pribadi yang istimewa dan aturan main yang rasional ataupun campuran ketiga tersebut. Seorang pemimpin antara yang satu dengan yang lainnya berbeda baik pengalaman, pendidikan, kondisi lingkungan pribadi dan lain sebgainya. Karena itu situasi dalam menetapkan dan menentukan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan masalah yang dihadapi terutama dalam konteks pengambilan keputusan adalah menjadi penting melihat situasi dan kondisi dimana kepemimpinan itu berlangsung.
Pentingnya peranan dan kepemimpinan dalam suatu organisasi dapat dilihat dari beberapa pendapat yang dikemukakan. Menurut Hoy dan Mishel (1992:251) dalam Biyantu (2007:87) bahwa kepemimpinan sebagai konsep kunci di dalam memahami dan meningkatkan organisasi seperti sekolah. Biyantu (2007:88) bahwa kepemimpinan pendidikan mempunyai pengaruh substansial terhadap organisasi sekolah. Jadi, kualitas kepemimpinan kepala sekolah secara substansial berpengaruh terhadap keberhasilan suatu sekolah. Tanpa kepemimpinan kepala sekolah organisasi sekolah tidak akan dapat dicapai dan akan menimbulkan kekacauan karena masing-masing orang bekerja untuk mencapai tujuan pribadinya. Untuk menciptakan suasana yang ideal dalam pengelolaan pendidikan di sekolah agar dapat tercapai sesuai dengan visi, misi sekolah, diperlukan seorang pemimpin sekolah yng memadai yang bisa menye- suaikan dengan lingkungan sekolahnya masing-masing seperti dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (2008:45) yaitu dengan mengetahui berbagai gaya kepe- mimpinan, diharapkan para pemimpin pendidikan khususnya kepala sekolah dapat memilih dan menerapkan perilaku kepemimpinan mana yang dipandang lebih efektif berdasrkan sifat-sifat, perilaku kelompok dan kondisi serta situasi lembaga yang dipimpinnya, maka penulis memilih judul "Pengaruh Perilaku Kepemimpin- an Kepala Sekolah dan Kepuasan Kerja Guru terhadap Mutu Sekolah (Studi Analisis Deskriptif pada SMAN di Kabupaten Sumedang)."
0 Response to "Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Kepuasan Kerja Guru Terhadap Mutu Sekolah (Analisis Deskriptif tentang Persepsi Guru ..(Pend-94)"
Post a Comment