PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PADA SISWA KELAS VI SDN ......(PEND-5)

potensi individual memberi tekanan khusus pada pentingnya (pemunculan) kesadaran kritis, sebagai penggerak emansipasi kultural sehingga individu dapat memahami realitas objektifnya secara benar.
Artinya, tidak ada siswa yang sama sekali tanpa daya, karena, kalau demikian akan sudah punah. Upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya. 


Keluasan lingkup potensi yang bertujuan pada pembentukan-diri ini, memuat dari tiga karakteristik inhern yang ada dalam sifat manusia, antara lain: a) keluasan dan kesadaran manusia. Manusia mampu mengembangkan dan cakupan wawasannya menukik ke inti terdalam dari hakikat alam melalui perangkat pengetahuannya, mereka juga mampu mempelajari hukum-hukum dan aturan-aturan alam, sehingga memungkinkan mereka untuk menempatkan alam semesta dan kehidupan manusia pada suatu masyarakat yang lebih tinggi. b) keluasan wilayah yang dapat dicakup oleh kehendak-kehendak manusia. c) kemampuan inhern untuk membentuk dan memberdayakan diri. Manusia mempunyai potensi kemerdekaan untuk meraih dan melakukan berbagai macam tindakan sesuai dengan pilihannya. Manusia juga mampu melakukan distansiasi dengan lingkungan eksternalnya, serta manusia juga mampu melakukan banyak perubahan sesuai dengan cita-citanya.

Dengan demikian, pendidikan dapat diartikan sebagai proses pembangunan kesadaran kritis (critical consciousness) yang dilakukan secara transformatif, partisipatif, sistematis, dan berkesinambungan (sustainability) melalui pengorganisasian dan peningkatan kemampuan (skill) menangani berbagai persoalan dasar yang mereka hadapi untuk mengarah kepada perubahan kondisi hidup yang semakin baik sesuai dengan tujuan pendidikan. Sehubungan dengan pengembangan pendidikan untuk peningkatan kualitas, kesetaraan pendidikan bukanlah sebatas menyiapkan manusia yang menguasai pengetahuan dan keterampilan yang cocok dengan dunia kerja pada saat ini, melainkan juga manusia yang mampu, mau, dan siap belajar sepanjang hayat Hasbullah (1999; 63).
Menurut. Tilaar (2002), pendidikan dalam skala mikro diperlukan agar manusia sebagai individu berkembang semua potensinya dalam arti perangkat pembawaanya yang baik dengan lengkap. Pada tingkat dan skala mikro pendidikan merupakan gejala sosial yang mengandalkan interaksi manusia sebagai sesama (subjek) yang masing-masing bernilai setara. Tidak ada perbedaan hakiki dalam nilai orang perorang karena interaksi antar pribadi (interpersonal) itu merupakan perluasan dari interaksi internal dari seseorang dengan dirinya sebagai orang lain, atau antara saya sebagai orang kesatu (yaitu aku) dan saya sebagai orang kedua atau ketiga (yaitu daku atau-ku; harap bandingkan dengan pandangan orang Inggris antara I dan me).

Pada skala makro, masyarakat melaksanakan pendidikan bagi regenerasi sosial yaitu pelimpahan harta budaya dan pelestarian nilai-nilai luhur dari suatu generasi kepada generasi muda dalam kehidupan masyarakat. Diharapkan dengan adanya pendidikan dalam arti luas dan skala makro maka perubahan sosial dan kestabilan masyarakat berlangsung dengan baik dan bersama-sama. Pada skala makro ini pendidikan sebagai gejala sosial sering terwujud dalam bentuk komunikasi terutama komunikasi dua arah. Pendidikan adalah pengukuhan manusia sebagai subjek yang merupakan rangkaian tentang kesadaran akan dunia (realitas) yang mendalam (kritis) sebagai man of action Freire ( 2000; 123).

Secara makro pendidikan menurut Mulyasa (2003;21) bertujuan membentuk organisasi pedidikan yang bersifat otonom sehingga mampu melakukan inovasi dalam pendidikan untuk menuju suatu lembaga yang beretika, selalu menggunakan nalar, berkemampuan komunikasi sosial yang positif dan memiliki sumber daya manusia yang sehat dan tangguh.

Belajar merupakan kewajiban bagi setiap orang dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan. Sehingga derajat kehidupannya meningkat. Pendidikan umumnya secara legal dilaksanakan di sekolah. Sehingga sekolah pada masyarakat modern dipandang sebagai lembaga yang bertugas meneruskan nilai-nilai terpilih dan terakumulasi dalam masyarakat kepada generasi muda. Sekolah mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar siswa dalam rangka meningkatkan ketaqwan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air. Begitu kompleknya tugas yang diemban oleh sekolah dalam pelaksanaannya. Target yang harus dicapai sangat berat dan sangat bervariasi. Sehingga masalah ini harus dibina dan ditangani dengan benar, oleh pemerintah sebagai penyedia rambu berupa kurikulum maupun kepada penyelenggara. Dalam hal ini sekolah sebagai fasilitator penyedia sarana dan sumber daya pengajar, maupun siswa sebagi peserta didik.

tesis pendidikan kewarganegaraan


tesis pendidikan kewarganegaraan, tesis pendidikan kewarganegaraan pdf, judul tesis pendidikan kewarganegaraan, contoh tesis pendidikan kewarganegaraan, proposal tesis pendidikan kewarganegaraan, kumpulan judul tesis pendidikan kewarganegaraan, contoh judul tesis pendidikan kewarganegaraan, tesis tentang pendidikan kewarganegaraan, contoh proposal tesis pendidikan kewarganegaraan

0 Response to "PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PADA SISWA KELAS VI SDN ......(PEND-5)"

Post a Comment